INTERVAL RUN BERSAMA ORANGUTAN BONTI

Di pagi hari yang cerah, sedikit basah karena embun, tim monitoring bertindak seperti paparazzi alias melakukan Post Release Monitoring (PRM) pada si cantik orangutan bernama Popi. Saat tiba di titik terakhir PRM pada hari sebelumnya, Popi nampak masih “bermuka bantal” alias baru bangun tidur sambil bersandar di batang pohon buah baran (Dracontomelon dao) yang merupakan buah santapan kesukaannya.

Tidak berapa lama setelah tim monitoring tiba, Popi mulai beraktivitas berpindah-pindah pohon dengan bebas. Popi bergerak dengan sangat lincah mulai dari berayun hingga memanjat. Beberapa kali Popi nampak menyantap buah-buahan hingga dedaunan untuk makan paginya. Sesekali Popi juga menggumpal-gumpalkan tanah untuk dimakan. Iya, benaran dimakan, dimana hal tersebut bukan tanpa alasan ya. Tanah memiliki kandungan mineral yang baik untuk menetralisir metabolit sekunder pada dedaunan yang dimakan oleh Popi.

Perpindahan Popi dari satu pohon ke pohon yang lain hingga menyeberangi sungai dengan berayun-ayun pada kanopi hutan yang membentang. Hal ini membuat tim monitoring harus mengikuti ke mana pun Popi pergi sekali pun itu lembah yang dalam atau tebing yang terjal. Beberapa saat setelah Popi menyeberangi sungai, Popi bertemu kembali dengan sobat lamanya di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance), yaitu Bonti. Secara mengejutkan keduanya malah terlibat kejar-kejaran hingga membuat tim kewalahan mengikutinya.

Sangking jauhnya, Popi bahkan sudah tidak terlihat lagi dari pandangan mata karena kabur dari kejaran Bonti. Hanya Bonti yang berada di sekitar tim monitoring, dimana hal berikutnya semakin penuh gebrakan. Bonti menghadap ke arah kami sembari tersenyum lebar dan mengejar kami. Yap, benar-benar dikejar hingga kami lari tunggang-langgang. Bonti tiba-tiba berhenti sesaat dan kami pikir Bonti mulai kelelahan. Ternyata salah, Bonti kembali mengejar kami yang sesungguhnya yang kelelahan. Meskipun asyik mengejar kami, Bonti selalu berhenti di waktu-waktu tertentu, lalu lanjut mengejar kami kembali. Kami seolah-olah mendapat pelatihan interval run dari Bonti. “Terima kasih ya Bonti, sudah melatih kami untuk menjadi pelari trail run hebat dan kuat dari Surga Hayati Gunung Batu Mesangat.”. (Andika_Orangufriends).

HARIMAU, ORANGUTAN, DAN SENYUM ANAK SDN 09 SIMPANG UTARA, PASAMAN

Suara tawa anak-anak terdengar riuh di ruang kelas SDN 09 Simpang Utara, Kab. Pasaman, Sumatera Barat. Pada hari Jumat pagi tanggal 24 Oktober 2025, dua volunteer APE Protector, Putra dan Suci, datang membawa cerita dari hutan tentang Harimau Sumatera yang gagah dan Orangutan yang bijak. Sekolah ini dipilih bukan tanpa alasan, letaknya berdekatan dengan Suaka Margasatwa (SM) Malampah Alahan Panjang, kawasan penting yang menjadi rumah bagi satwa-satwa liar yang harus kita lindungi.

Sebanyak 29 siswa kelas 6 menyimak dengan penuh rasa ingin tahu. Melalui gambar, cerita, dan tanya jawab seru, mereka belajar mengenal karakteristik, kebiasaan makan, hingga ancaman yang dihadapi Harimau Sumatra dan Orangutan. Setiap senyum dan tatapan kagum anak-anak menjadi pengingat bahwa pendidikan lingkungan bisa dimulai dari hal sederhana, dari ruang kelas di ujung nagari yang bersinggungan langsung dengan hutan.

Kegiatan ini bukan sekadar sesi belajar, melainkan langkah kecil untuk menumbuhkan cinta besar pada alam. APE Protector berharap, dari tangan-tangan kecil di Simpang Alahan Mati ini, akan tumbuh generasi yang peduli dan berani menjaga keberlanjutan kehidupan di hutan-hutan Sumatera Barat. (DIV)

SARANG BERUANG MADU YANG MIRIP ORANGUTAN PUNYA

Dalam bekerja di hamparan hutan Sumatera Barat, tim APE Protector tidak hanya berfokus pada perlindungan habitat Harimau Sumatera. Beragamnya biodiversitas flora dan fauna di Pulau Sumatera membuat setiap patroli penuh warna. Dari perjumpaan dengan kuau raja yang anggun, rekaman kamera dari lalu-lalangnya anoa, tapir, hingga landak sumatera, semuanya menjadi bagian dari catatan penting tim di lapangan.

Namun di balik keindahan itu, tim juga dihadapkan pada tantangan lain. Belakangan ini, laporan tentang keberadaan beruang madu yang muncul di sekitar areal pemukiman warga semakin sering diterima. Untuk menindaklanjutinya, tim APE Protector bersama kelompok PAGARI setempat segera melakukan patroli. Mereka menyusuri hutan, menelusuri jejak, mengamati bekas cakaran di batang pohon, dan memasang kamera trap di lokasi yang dicurigai.

Salah satu momen berharga terjadi ketika tim menemukan sarang beruang madu di atas pepohonan tinggi, struktur besar dari ranting dan daun yang menjadi tempat beristirahat sang penghuni hutan. Sekilas, bentuknya memang mirip dengan sarang orangutan. Namun, berbeda loh! Jika sarang orangutan biasanya berbentuk bundar dan rapi di ujung cabang, sarang beruang madu cenderung tampak lebih acak dengan cabang-cabang patah karena sering digunakan untuk mencari madu atau buah di sekitar pohon itu.

Temuan ini bukan hanya bukti keberadaan beruang madu, tetapi juga tanda bahwa hutan masih menyediakan ruang hidup bagi satwa penting tersebut. Setiap patroli selalu menghadirkan kejutan baru. Bagi tim APE Protector, setiap jejak, setiap sarang, dan setiap tanda kehidupan liar adalah pengingat mengapa perjuangan mereka di hutan ini tak boleh berhenti. (DIM)